TEMPO MEDIA GROUP

Tempo Media Group

Tempo mencanangkan tahun ini sebagai Total Transformasi Digital.

Ada sejumlah alasan kami agresif mengembangkan platform digital dengan tumpuan awal media online Tempo.co. Pertama, Tempo harus cepat beradaptasi menghadapi perubahan pasar dan ekosistem di industri media. Industri media merupakan salah satu sektor yang paling terkena dampak digital disruption. Oplah media cetak terus menurun, dan porsi iklan untuk media cetak juga terus mengecil. Transformasi menuju media digital menjadi sebuah keniscayaan.

Kedua, kelompok usia produktif penduduk Indonesia pada 2019 mencapai 183 juta orang, sekitar 118 juta atau hampir 65 persen di antaranya berusia 15-40 tahun. Mereka yang sangat melek teknologi informasi ini merupakan pasar yang sangat potensial untuk media digital. Ketiga, Tempo ingin menjadi clearing house of information dengan menghadirkan informasi yang dapat dipercaya di tengah sebaran hoaks, terutama di media sosial, yang kian meluas.

Transformasi digital ini sudah mulai menunjukkan hasilnya. Sirkulasi digital menunjukkan peningkatan yang menjanjikan. Aplikasi all access Tempo Media mendatangkan jumlah pelanggan berbayar yang signifikan meskipun masih belum mampu menggantikan pelanggan Tempo edisi cetak. Melalui aplikasi ini, pada tahap awal, pelanggan berbayar bisa mengakses Majalah Tempo dan Koran Tempo versi digital.

Tempo secara total juga terus mengembangkan produk-produk digital. Salah satunya adalah dengan mengembangkan aplikasi yang mengintegrasikan semua platform produk informasi: majalah, koran, dan digital. Dengan satu identitas (single ID), konsumen dapat mengakses semua platform ditambah arsip majalah Tempo sejak 1971.Tempo melayani setiap konsumen dengan cara berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Pelanggan cukup mengakses informasi yang diperlukan, seperti berita politik, ekonomi, otomotif, dan selebritas. 

Salah satu anak usaha Departemen Media, Tempo.co atau PT Info Media Digital (IMD), dalam dua tahun terakhir terus mengembangkan produk-produk turunannya, yakni GoOto, Cantika, Teras.id, dan Foodizz. Teras.id merupakan produk kolaborasi tempo.co dengan media-media online di daerah.

Langkah paling strategis IMD pada adalah mengakuisisi 55 persen saham Rombak Pola Pikir Media, perusahaan startup yang memiliki tiga produk: kanal YouTube Kok Bisa?, Ziliun.com, dan Telusuri. id. Dari ketiga produk itu, Kok Bisa? paling fenomenal karena pasarnya adalah kalangan muda yang selama ini bukan pembaca media Tempo. Kanal Kok Bisa? Pada awal 2020 memiliki 1,9 juta pelanggan dengan total jumlah 194 juta viewer untuk seluruh videonya.            

2.jpg

Sejarah Tempo

Pendirian majalah Tempo pada 1971 diawali perundingan enam orang wartawan. Goenawan Mohamad, Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, Usamah, dan Christianto Wibisono, berunding dengan Ciputra selaku pendiri/ketua Yayasan Jaya Raya, serta Eric Samola yang menjabat sebagai sekretaris. Rapat dilaksanakan di kantor Ciputra, di kawasan Proyek Senen. Pada hari yang sama rapat dilanjutkan malam hari sampai tuntas, di kediaman Ciputra di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Hasil perundingan itu menyepakati dibentuknya majalah Tempo yang dimodali Yayasan Jaya Raya.

Mengapa Tempo? Terdapat empat alasan mengapa nama “Tempo” dipilih sebagai nama majalah. Pertama, singkat dan bersahaja, mudah diucapkan oleh lidah Indonesia dari segala jurusan. Kedua, nama ini terdengar netral, tidak mengejutkan ataupun merangsang. Ketiga, nama ini bukan simbol suatu golongan. Dan akhirnya arti "Tempo" sederhana saja, yaitu waktu sebuah pengertian yang dengan segala variasinya lazim dipergunakan oleh banyak penerbitan jurnalistik di seluruh dunia. 

Pada Februari 1971, terbit edisi perkenalan majalah Tempo tanpa tanggal dengan cover berjudul “Tragedi Minarni dan Kongres PBSI”. Selanjutnya, 6 Maret 1971 edisi perdananya terbit dengan cover berjudul “Film Indonesia: Selamat Datang, Sex.” Dalam masthead terbitan awal tertera Yayasan Jaya Raya, Jaya Press sebagai penerbit. 

Tiga tahun kemudian, pada 4 Februari 1974, Yayasan Jaya Raya dan PT Pikatan mendirikan PT Grafiti Pers, dengan kepemilikan saham bersama 50:50. PT Pikatan dibentuk oleh para pendiri Tempo agar karyawan-karyawannya berkesempatan memiliki saham. Sejak itulah dalam masthead tercantum PT Grafiti Pers sebagai penerbit majalah Tempo.

Edisi-edisi awal majalah Tempo mengetengahkan artikel seni, gaya hidup, dan perilaku yang sampai pada taraf tertentu terasa segar dan baru. Meski mulai memiliki pasar, dalam perjalanannya, majalah ini menemui sejumlah tantangan.

Pada 1982, untuk pertama kalinya, majalah Tempo dibredel karena dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan politiknya, Partai Golkar. Pembredelan itu dilakukan Pemerintah terhadap Tempo ini terkait dengan Pemilu 1982.

Pembredelan kedua terjadi pada 21 Juni 1994. Majalah Tempo dibredel pemerintah melalui Menteri Penerangan Harmoko. Majalah ini dinilai terlalu keras mengkritik Habibie serta Soeharto ihwal pembelian kapal bekas dari Jerman Timur. 

Selepas Soeharto lengser pada 21 Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di majalah Tempo tercerai-berai akibat pembredelan dan melakukan rembuk ulang untuk memutuskan perlu atau tidak majalah ini terbit kembali. Hasilnya, disepakati majalah Tempo harus terbit kembali. Maka, sejak 6 Oktober 1998, majalah ini pun hadir kembali di bawah naungan PT Arsa Raya Perdana.

Untuk meningkatkan skala dan kemampuan penetrasi ke bisnis dunia media, pada 2001, PT Arsa Raya Perdana, melakukan go public dan mengubah namanya menjadi PT Tempo Inti Media, Tbk. (Perseroan) sebagai penerbit majalah Tempo yang baru. Dana dari hasil go public dipakai menerbitkan Koran Tempo.

 

 

Filosofi Tempo

Filosofi Tempo tergambar dalam pengantar edisi pertama Tempo, Maret 1971. Ketika itu Goenawan Mohamad menulis:

Asas jurnalisme kami bukanlah jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya bahwa kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya bahwa tugas pers bukanlah menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme majalah ini bukanlah jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba.

Nilai budaya Tempo adalah tepercaya, merdeka, dan profesional. Tepercaya didefinisikan sebagai menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas, dan konsistensi. Merdeka adalah memberikan ruang untuk kebebasan, berfikir, dan berekspresi. Sedangkan profesional adalah memiliki kompetensi yang tinggi di bidangnya.

Hubungi Kami